ngibarbalang.id -- Daeng Mayu alias Panglima Mayu, pernahkah kamu mendengar
nama ini? Saya berkeyakinan jika generasi muda tak pernah dengar nama ini. So,
bagaimana tahu sejarahnya! Dengar aja nggak pernah! Iyakan..!!!
Hmmm, Lets me tell you..!!!
Nah, pada awalnya daeng Mayu ini bukanlah seorang panglima
laut kerajaan Sumbawa. Dia berasal dari perkampungan Pulau Bungin. Tahu pulau bungin kan..??? Pasti tahu, Salah satu pulau yang ada di
Sumbawa dengan penduduk terpadat di dunia. Sering
kok keluar di TV nasional.
Baca lainnya
Siapa Datu Museng yang Heboh di Trailer Film Maipa Deapati dan Datu Museng
Hebat! Ternyata Sumbawa Pernah Punya Pasukan elit Seperti Kopassus
Siapakah Baham Sebenarnya? Benarkah Baham Seorang Pemberontak?
Baca lainnya
Siapa Datu Museng yang Heboh di Trailer Film Maipa Deapati dan Datu Museng
Hebat! Ternyata Sumbawa Pernah Punya Pasukan elit Seperti Kopassus
Siapakah Baham Sebenarnya? Benarkah Baham Seorang Pemberontak?
Back to Daeng Mayu, beliau ini menguasai ilmu bela diri.
Selain itu, beliau juga terkenal kebal, jago memanah dan handal bertarung di
bawah laut. Konon ceritanya, Daeng Mayu sanggup bertahan didalam laut hingga
berjam-jam. Jadi jangan heran jika melihat masyarakat Pulau Bungin ketika
menyelam di laut.
Suatu hari, salah seorang nelayan dari Pulau Bungin ini
terpaksa pulang dari melaut dengan cara berenang ke rumah. Melihat hal
tersebut, masyarakat Pulau Bungin terkejut. Ternyata nelayan ini telah di
rampok di Pulau Panjang. Hasil nelayannya habis di ambil. Untungnya, nelayan
ini tidak ikut di bunuh.
Melihat kejadian tersebut maka Daeng Mayu pun mengumpulkan
beberapa rekannya untuk menyisir Pulau panjang. Mereka mencari para perampok
tersebut dengan menggunakan 3 sampan nelayan. Waktu berlalu hingga dua hari dua
malam dalam pencarian namun Daeng Mayu dan rekannya ini tak menemukan apa yang
sedang mereka cari.
Ketika angin mulai kencang, Daeng Mayu dan rekannya ini
berniat untuk pulang kembali ke Pulau Bungin. Dalam perjalanan mereka melihat
beberapa orang di Gili Kalong, yang berlokasi tak jauh dari Pulau Panjang.
Daeng Mayu dan rekannya ini mengenali sampan yang di gunakan olehh orang-orang
ini. Ternyata inilah sampan yang mereka rampok itu.
Akhirnya, Daeng Mayu dan rekannya ini menyerang para kawanan
perampok itu. Perlawanan sempat terjadi, hanya saja para kawanan perampok itu
tak mampu untuk menandingi kekuatan Daeng Mayu dan rekannya ini. Para perampok
itu akhirnya tewas ditempat.
Sultan Kerajaan Sumbawa sudah mendengar itu. Sultan juga tau
akan kemampuan yang dimiliki oleh Daeng Mayu tersebut. Kala itu, di sekitar
perairan timur Sumbawa juga sedang maraknya bajak laut. Raja Sumbawa memutuskan
untuk memanggil Daeng Mayu ke Istana Kerajaan. Sang Raja menugaskan Daeng Mayu
untuk menumpaskan para bajak laut tersebut. Dan waktu itu Raja Sumbawa langsung
mengangkat Daeng Mayu menjadi Panglima Perang Tentara Laut Kerajaan Sumbawa.
Beliau di beri hak untuk menggunakan bendera perang “Lipan Api”
Nah, inilah sejarah awal mula Daeng Mayu diangkat menjadi
Panglima Perang Tentara Laut dari Kerajaan Sumbawa. Sosok yang patuh kepada
Raja ini tak pernah kalah dalam pertempuran. Dalam melaksanakan tugasnya, Panglima Mayu lalu membuat
sejumlah perahu dan merekrut orang-orang yang dianggap pantas mendampinginya
untuk memerangi para bajak laut itu. Dari sejumlah pertempuran yang terjadi
diperairan timur Sumbawa semuanya dimenangkan oleh Panglima Mayu dan anak
buahnya. Akan tetapi para bajak laut selalu lari menyelamatkan diri di Teluk
Saleh diwilayah perairan Kerajaan Kempong Dompu. Lalu Raja Kempong diingatkan
agar tidak melindungi para bajak laut tersebut. Namun Kerajaan Kempong tidak
menggubris bahkan ketika diancam akan diserangpun tetap tidak mengindahkan
peringatan Raja Sumbawa.
Perampok itu melakukan perlawanan terhadap Daeng Mayu dan
rekan-rekannya. Namun mereka ternyata tidak bisa menandingi kemampuan bela diri
dari Daeng Mayu dan kawan-kawan. Peristiwa itu berakhir dengan tewasnya para
perampok tsb. Dan sejak saat itu Gili Rakit seperti diharamkan oleh masarakat
untuk mendatanginya,karena disitulah para perampok itu dikuburkan. Ditambah
lagi dengan cerita-cerita yang berkembang, bahwa ditempat itu selalu terdengar
suara orang berteriak dan mengerang kesakitan seperti ketika mereka dihajar
kelompok Daeng Mayu